Tutur Tinular Versi 2011 Menuai Badai Karena Lebay...

Tayangan bermuatan sejarah sangat diperlukan untuk pengetahuan generasi muda, yang telah dibodohi oleh sejarah bangsa yang telah diplesetkan sebelumnya.. fakta sejarah yang seluas samudra hanya dipublikasikan selebar daun kelor. Sebuah cerita yang penuh kandungan budaya dan sejarah nusantara juga mengalami nasib serupa akibat tangan nista para pengusaha yang tidak peduli nasib sejarah bangsa. Tutur Tinular Karya S.Tijab melekat dihati masyarakat sejak puluhan tahun silam, dengan pesan yang teramat dalam kini dirusak oleh tangan kotor orang-orang tidak ber-otak....HABISI TUTUR TINULAR 2011 YANG SEPERTI SAMPAH INI itu kata yang cocok...!!!

Rabu, 30 November 2011

Sebuah Karya Pelecehan Sejarah Nusantara... Tutur Tinular 2011 ..LAYAK DI BOIKOT !!!!!!!


         Bersihkan Sampah Sejarah..
Tutur Tinular Versi 2011, Sebuah Sinetron Menjijikan Perusak Sejarah Nusantara

  

Dulu sekitar tahun 1995 pertelevisian Indonesia digempur secara bertubi-tubi oleh tayangan serial maupun film silat import dari hongkong. Saya masih ingat betul kala itu, dimana setiap hari pada jam-jam prime time diduduki oleh serial kungfu mandarin, hampir semua setasiun televisi (kecuali TVRI tentunya yang masih ngeributin iuran) menayangkannya, lihat saja seperti TPI yang sekarang berubah nama menjadi MNC TV kala itu memiliki program “Jagat Kungfu” setiap hari pukul 19:30, serial-serial seperti Pedang dan Kitab Suci, Pendekar Hina Kelana, Judge Bao adalah sebagian kecil dari program Jagat Kungfu yang popular kala itu. Di setasiun lain juga tidak mau kalah, SCTV punya program seri silat legenda negeri tirai bambu yang sangat terkenal yaitu Bai Shi Zhuan atau White Snake Legend dengan tokoh utama Pai Shu Chen, atau Indosiar yang dengan sangat berani menampilkan trilogy Chin Yung, Pendekar Pemanah Rajawali (Shen Tiaw Eng Hiong), Kembalinya Pendekar Rajawali/Return Of The Condor Heroes (Shen Tiaw Hiap Lu/Shen Tiaw Shia Li) dan Pedang Pembunuh Naga (To Liong To). Walau trilogy itu sudah uzur ya…. secara versi yang ditayangkan di TV kala itu adalah versi yang lama saat Andy Lau masih muda belia tahun 80-an. Setelah serial itu booming mendadak saat usia serial sudah belasan tahun tentu saja mungkin pemainnya kaget ya heeeee…
Akibat serbuan serial kung-fu dari dataran china yang teramat banyak itulah, maka para pekerja seni atau lebih spesifik lagi orang-orang film local berpikir untuk membuat serial silat local, maka munculah Genta Buana Pitaloka yang kala itu lama tidak membuat serial silat meluncurkan Singgahsana Brama Kumbara, bagaimana reaksi masyarakat…? Wooowww berhasil, Eh.. tapi sebelum singgahsana Brama Kumbara, pada sekitar akhir 80-an hingga awal 90-an rumah Produksi pak Budi Sutrisno ini juga pernah membuat “Mahkota Mayangkara” yang tayang setiap hari sabtu siang pukul 11:00 di TPI, itu lho sequelnya Tutur Tinular, tapi malah digarap jauh-jauh tahun sebelum Tutur Tinular Serial di buat.
Saking suksesnya membuat sinetron silat, dan rasanya pertelevisian indonesia sudah demam serial silat ya, maka rumah Produksi lainpun tidak mau ketinggalan, semua seolah berlomba menggarap sinetron silat dengan berbagai jenis. Sebut saja Hari Topan Entercine menggarap Wiro Sableng, Diwangkara dengan Jaka Tarub, Jaka Tingkir, Garuda Film menggarap Prahara Prabu Siliwangi, tidak hanya production house yang identik saja menggarap serial laga, Perusahaan pembuat sinetron semacam Multivison dan Starvision yang kebanyakan membuat drama serial kala itu juga ikut latah, starvision membuat Jacky, dipasang kan Ari Wibowo dan Ayuni Sukarman menjadi jagoan-jagoan muda ibukota, dengan seting jaman sekarang tentu saja memberi warna lain, Multivison meluncurkan “Perjalanan” kembali Ari Wibowo berlaga sebagai jagoan kali ini digandengkan dengan ratu sinetron kala itu Tamara Blezinsky yang wajib untuk beradu tendangan juga. Judul-judul lain kemudian menyusul, hampir semua cerita rakyat di negeri ini sudah terangkat dengan indah dilayar televisi, hingga suatu saat titik jenuh itu muncul juga. Dalam pandangan saya, kejenuhan muncul bukan dari para pemirsa TV…, melainkan para produsen itu sendiri, yang sudah tidak bersemangat lagi menggarap nya. Para pemain mungkin dikurangi adegan laganya biar honor bisa di pangkas, sehingga digantikan oleh gambar animasi kelas bangkai tikus…. Ya Tuhan Jeleeeeeeknya minta ampun, gimana penonton gak muntah-muntah lihat orang mau berantem sudah pasang kuda-kuda tiba tiba jadi kala jengking lah, jadi kodok, monster ini , monster itu walaaaaaahhhhhh pokoknya semua binatang dimuka bumi ini dari semut sampai biawak pernah menjadi stunt in para tokoh sinetron silat dalam adegan laga…. Ihhhh muntah kaleeeeeng.
Dan begitulah hingga kemudian sampai pada masa transisi,…. Masa ini adalah masa dimana saya merasa seperti menderita stroke yang cukup lama, gimana tidak…, ada sinetron atau FTV judulnya Jaka Tarub dan 7 Bidadari eeeeeeeeeehhhhhhh jaka tarub pakai celana jeans, bawa mobil, trus berantem ala serial silat, nama tokoh macam orang jaman dahulu, tapi rumah gedongan, pakai gaun tapi berantem pakai pedang dan loncat terbang, habis itu nyanyi dangdut ala india…… wadddddddduuuuuuuuhhhhhh aku tersiksa bener……  hingga suatu saat hal semacam itu lenyap sudah. Tidak ada lagi  sinetron atau FTV indonesia yang berantem-berantem. Saat itu semua sinetron berganti dengan cerita yang hooooaaaaaaammmmm mau bobo kalau saya ingat, lebih muntahhhhhh kaleeeeeengggggg. Ada bibir yang di tukar, ada cinta fitri banci, ada ini ada itu gua tidak mau tahu. Apa masyarakat senang….. yaaaaaa tentu saja para ibu rumah tangga, remaja putri dan juga remaja putra yang keputri-putrian pasti suka tayangan cengeng babi ala cinta fitri dan lainnya.
Sinetron cengeng ala telanovela tetapi lebay ini merajai pertelevisian sudah bertahun-tahun yaaaa sekitar 5 tahun terakhir. Berhasil sih… secara mungkin tidak ada tontonan lain, atau masyarakat kebanyakan malas menonton film import berkualitas ala Bioskop Trans TV atau Box Office nya RCTI karena kendala bahasa. Yang penting sinetron drama najis itu ada dimana-mana, bintang baru dengan acting diluar standard bermunculan, bintang macam Nikita Willy dan Sheren Sungkar pun kebingungan mau simpen duit dimana saking kaya nya gara-gara sinetron ini sukses membodohi masyarakat. Sampai sekarang juga saya selalu menunggu adanya sinetron laga klasik macam dulu, saya berterima kasih kepada Indosiar yang masih mau menayang ulangkan sinetron buatan Genta Buana pitaloka yang dulu booming di layarnya, walau tayangan ulang jam 1:00 dini hari aku suka menontonnya.
Baru-baru ini, Genta Buana Pitaloka yang sudah lama mengganti nama menjadi Genta Buana Paramita, merilis ulang atau tepatnya lagi membuat ulang kisah sukses Tutur Tinular menjadi Tutur Tinular Versi 2011. Melihat tayangan trailer di televise saya sangat gembira sekali, karena saya berfikir ini lah saatnya geliat laga klasik kolosal kembali bangun dari bobo nya. Hingga tiba saatnya penayangan perdana Tutur Tinular versi 2011 itu tiba, dan saya menyaksikan dengan antusias dari pertama gambar muncul.
Hatiku yang berbunga-bunga mendadak malah menjadi berakar-akar gak karuan melihat tayangan yang dulu sangat aku cintai ini. Bagaimana tidak, kesan pertama muncul pemain menggunakan kostum ala kerajaan Mataram Islam saya sudah kaget, ini Genta Buana tumben banget, apa mereka mabok semua atau malah merekrut penata kostum secara asal-asalan sambil merem atau bahkan tidak ada meeting dengan serius mengenai kostum. Minimal mereka melihat di masa Tutur Tinular 1997, ini adalah kerajaan Singasari. Singasari adalah sesepuhnya Majapahit, pada jaman Majapahit saja tidak ada pakaian yang tertutup, semua pria sampai rajanya juga bertelanjang dada, paling dia memakai aksesoris seperti kalung atau selendang, tapi bagaimana mungkin pejabat kadipaten Manguntur dan Kurawan berpakaian ala Kerajaan Mataram, dengan menggunakan jas jawa warna-warni wartinah waria warung tegal (lebay dehhhh) bertopi seperti ember kapur ala penganten jawa, semua itu bukan punya singasari. Kostum wanita juga tidak kalah mengecewakan, oke lah mungkin dengan sedikit improvisasi pada hiasan mewah di kepala salah satu putri ini agak menarik, tapi mengapa pakaian Nari Ratih seperti wanita Hindustan dengan kerudung?
Bukan itu saja pemilihan peran untuk tokoh-tokoh sentral juga kurang sreg.. Arya Kamandanu berkulit terlalu putih, wajah kurang Simpatik dan terlalu ceking, sementara ayahnya Empu Hanggareksa malah terlihat lebih muda dan tidak ada tampang seorang Empu pembuat senjata, tidak disinggung sama sekali kalau ayah Kamandanu ini adalah seorang Empu, dia berpakaian seperti lurah-lurah pada masa kompeni yang menguasai pasundan….. waduuuuuhhhhhhhhhhhhh parah.
Musik pengiring….. dulu pada zaman Tutur Tinular versi bioskop dan Tutur Tinular 1997 musik digarap dengan sangat bagus sekali oleh Harry Sabar, dengan adanya ilustrasi music tersebut kesan kolosalnya duuuuuaaaaapattttt buaanget…, para pendekar tampak gagah dan perkasa saat bertarung di iringi ilustrasi music om Harry. Bahkan dalam Saur Sepuh dulu music Harry Sabar sempat di pakai untuk Produksi film laga di hongkong…. Tapi….. Tapi…. Oh….. lihat sekarang, saya pusing mencari siapa penggarap ilustrasi music pada Tutur Tinular 2011 ini, entah siapa namanya.. apa dia pemain organ tunggal atau apa. Dalam sebuah adegan pertemuan Arya Kamandanu dengan Nari Ratih aku sempat korek-korek kuping tidak percaya ketika aku mendengar ada lagu Original Soundtract Chin Shen Shen Yu Mong Mong/清深深雨蒙蒙 (Kabut Cinta) yaitu lagu Hao Xiang Hao Xiang/好想好想dalam bahasa Indonesia dan dinyanyikan oleh seorang pria, lagu itu dalam satu episode muncul berkali-kali. Demikian juga dengan music lainya aku rasa seperti memotong instrument dan di tempel begitu saja pada adegan-adengannya, waduuuuuuhhhhh yang kaya gini gak bisa nih dibilang versi 2011. Dimana-mana yang namanya versi baru itu selalu lebih bagus dari versi lamanya, lihat aja Return of The Condor Heroes versi Lama dengan baru kan bagusan yang baru, walau artis ganti tetapi hal-hal lain semacam effect dan teknologi pengambilan gambar tambah keren…. Ehhh yang ini malah seperti habis pakai window vista terus pakai DOS, mampus dah… mending gua nimba air ngisi bak mandi.
Yang paling fatal dari semua adalah adegan fight yang selalu saja dibuat slow motion, hellllloooooooo ini sinetrol silat, dahulu kala jaman sinetron macam ini booming, dalam lokasi shoot ada latihan khusus para pemain untuk dapat beradegan speed fighting…, ini di tekankan sekali lho terutama di Diwangkara, calon pemain yang bisa speed fighting dan yang tidak pasti akan lebih di hargai yang bisa speed fighting. Karena adegan akan semakin dramatis melihat jurus silat yang di peragakan dengan bagus dan cepat, perpaduan kibasan pedang, pukulan dan tendangan serta loncatan itu diberi effect suara hasilnya sangat memukau, nah kalau dah di slow motion terus apa bagusnya,? Mau taruh sound effect juga nanti bunyinya seperti apa?..... walahhhhhh jadi ingat ketoprak nya TVRI stasiun Yogyakarta deh … kakang mbok….
Ada lagi ini yang parah banget ni, Tutur Tinular Versi 2011 ini tidak di dubbing, mereka menggunakan direct vocal atau suara asli pemain seperti sinetron drama pada umumnya. Ini tentu mengganggu, sinetron silat kebanyakan beradegan di luar ruangan dengan latar belakang hutan, danau atau pasar buatan, untuk shooting di medan seperti itu tentu tidak mungkin dong genset di taruh di bawah tanah atau di letakan di kampung sebelah, mau ditaruh dimana juga itu suara generator kedengaran masuk ke boomer. Ingat tidak di Prahara Prabu Siliwangi dulu entah ada salah dimana, salah satu episode lupa tidak ter dubbing, hasilnya saat tayang di televisi dialog tidak kedengaran dan yang terdengar suara mesin genset yang mengganggu. Mungkin iya jaman sekarang ada boomer yang bisa meredam suara latar yang ribut, tetapi penggunaan logat bahasa pemain kan sangat berpengaruh, mana yang harus berwibawa, mana yang romantis, mana yang urakan dan mana yang menggoda itu memerlukan teknik vocal tersendiri, nah teknik vocal inilah yang belum dikuasai oleh kebanyakan para pemain sinetron laga jaman sekarang, jadi akan lebih bagus banget kalau di dubbing menggunakan pengisi suara yang professional seperti sanggar Prativi dan lainya. Coba saja perhatikan suara Nari Ratih yang aduuuuhhhh gimanaaaa gitu bikin mules kalau dengar…. Datar dan tidak berjiwa.
Walau bagaimanapun juga aku selalu mengikuti setiap episodenya karena saya masih menunggu kehadiran Mei Shin, entah apa jadinya Mei Shin nanti, kostum apa yang akan di pakai? Terkadang saya suka geli dan tersenyum sendiri, bagaimana tidak melihat kostum pemain yang saya sebutkan di atas sudah salah nah ketika Mei Shin Muncul saya membayangkan dia menggunakan pakaian ala wanita china pada zaman Manchu, jadi kaya putri Huan Zhu gitu ada kebon bunga di kepala dan sandal yang hak nya di tengah huaaaaa haaaaa haaaaa….. habisnya bête banget dari tadi salah kostum mulu.
Sampai dengan detik ini yang saya pantau sinetron ini cukup mengejutkan, pada episode pertama dan kedua, dia mendapat peringkat 6 besar di ratting, ini mungkin karena semua penggemar Tutur Tinular dan sinetron kolosal ngumpul untuk nonton, tetapi kalau mereka tau kualitas idolanya itu tidak sehebat yang dibayangkan, apa mereka mau bertahan untuk menontonnya terus, minimal setelah semua tokoh sentral keluar gak ada yang berubah maka ya sudah Good Bye My Love judulnya.


Sekarang tugas Genta Buana Paramitha adalah merevisi sinetron ini, oke sebagai pengantar kita maafkan ke kakuan yang ada, namun semangat harus terpacu dan otak  terus bekerja keras agar bisa mendapatkan kualitas sinetron seperti harapan public. Andaikan Tutur Tinular 2011 ini bertahan dan sukses hingga episode terakhir menjaring penonton, maka judul-judul lain bukan tidak mungkin akan muncul kembali, bahkan dengan format yang lebih bagus, dan pemain yang lebih fress dan berkualitas tentunya. Saya selalu berharap agar kita bisa mencintai buatan sendiri, minimal tontonan di tivi itu berbeda-beda, jangan kaya sekarang, yang satu bikin kuis yang lain ikut, satu ada panggung komedi yang lain gak mau kalah, kalu begini ya jangan banyak-banyak stasiun TV, mending marger aja ya nggak…. Semangat ya. (Dede Loo, 11/30/2011)  

8 komentar:

  1. wahahahah...kata2 yang betul2 pas... "tayangan cengeng babi ala cinta fitri" ... "habis pakai window vista terus pakai DOS,".. terimakasih sudah mewakili perasaan saya.

    BalasHapus
  2. Tutur Tinular 2011 nggak mungkin bisa direvisi lagi. Cuma bisa dihentikan penayangannya.
    Atau pimpinan produksinya dideportasi ke negri asalnya :D

    kunjungin blog ane juga yah gan :D

    http://tuturtinular2011.wordpress.com/

    BalasHapus
  3. ya.. kalau mereka tayang sampai habis kita yang gemes dan sakit hati, sementara mereka tertawa hati.., kalau tidak bisa revisi memang sepatutnya kita suruh berhenti saja,,,.. kata sutradara laganya dia bilang "orang yang tidak tahu seni.. yang hanya mencaci maki"... whatssssss!!!!! seni apa tuh.. seni tempel-tempel sampah.////

    BalasHapus
  4. Kami Juga Dari Gorontalo Tidak menyukai Tutur Tinular Versi 2011,, Tidak relevan Ceritanya ,,,, Mendingan Dengerin Sandiwara Radio Tutur Tinular Tempo Dulu ,,

    BalasHapus
  5. Sekarang tutur tinular versi lama ditayangin lagi di rtv

    BalasHapus